Selasa, 01 Oktober 2013

Alasan Lain Kenapa Lekra Dicinta

Sumber : tempo.co

TEMPO.CO, Jakarta - ADA banyak alasan lain bagi banyak seniman bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Tak cukup hanya kagum dengan konsep dan prinsip yang mereka tanamkan.

Menurut pelukis Djoko Pekik, sebagian seniman yang berhimpun ke Lekra mendapat fasilitas sekolah ke luar negeri. Meski tak semua mendapatkan fasilitas itu, katanya, Trubus Sudarsono--seniman Lekra yang juga anggota PKI—pernah dikirim belajar ke Cekoslovakia hanya karena ia masuk Lekra.

Penjelasan Pekik dibenarkan Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan dalam buku mereka, Lekra Tak Membakar Buku. Donasi politik bagi para perupa, merupakan magnet lain bagi para seniman.

Lekra, menurut Rhoma dan Muhidin, memberikan santunan perjalanan ke luar negeri dengan memanfaatkan jaringannya di sejumlah negara "berideologi serumpun" yang tersebar di Asia, Afrika, hingga Amerika Latin. Lekra memperoleh modal jaringan dari kedekatannya dengan Partai Komunis Indonesia, yang muncul lagi di pentas politik nasional setelah menempati posisi keempat dalam Pemilu 1955.

“Usaha Lekra menjadi jembatan bagi perupa untuk ke luar negeri menyaingi usaha serupa yang biasa dilakukan Sticusa, yang kerap memberikan beasiswa bagi seniman Indonesia untuk ‘mencicipi’ pengetahuan di luar negeri, terutama ke negeri Belanda,” demikian mereka menulis.

Tahun 1960-an menjadi puncak kejayaan Lekra. Ketika itu, lembaga ini sangat gencar menggelar pertunjukan dan pameran seni. Biasanya, mereka mengambil momentum peringatan Hari Kemerdekaan, ulang tahun PKI, dan ulang tahun Lekra. Di Yogyakarta, misalnya, Lekra kerap mementaskan ketoprak tobong--tempat pertunjukan yang sifatnya darurat--untuk mengisi acara seni di Sekatenan. Mereka berkeliling dari desa ke desa.

Di Surabaya, Lekra mendongkrak popularitas ludruk, yang berbasis di perkampungan. “Tidak ada ludruk yang tidak masuk Lekra,” kata Greg. Kelompok yang sudah ada sebelum Lekra, seperti Ludruk Marhaen, Cinta Massa, Tresno Enggal, Enggal Tresno, dan Ludruk Arum Dalu, juga memutuskan berhimpun di Lekra.

(Baca selengkapnya di Edisi Khusus Lekra di Majalah Tempo terbit 30 September 2013)
TIM TEMPO


Terkait :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon untuk komentar menggunakan kata yang sopan, tidak mendiskreditkan seseorang atau mengandung unsur SARA.
Apabila Admin menganggap bahwa komentar dianggap tidak etis untuk ditampilkan maka akan dihapus.
Terima kasih