Sumber :
Tempo.co
TEMPO.CO,
Jakarta - Beberapa saat
sebelum ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi di rumahnya, Jalan Widya
Chandra III Nomor 7 Jakarta Selatan, Rabu, 2 Oktober 2013, Ketua
Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar sempat berbincang dengan sejumlah
wartawan, termasuk
Tempo. Perbincangan terjadi di
press room MK, sebelum Akil pulang ke rumahnya.
Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 18.00. Sudah kebiasaan Akil untuk menyambangi
press room
untuk sekedar bertutur sapa dan berbincang dengan wartawan. Letak ruang
wartawan itu memang berada tepat di samping ruang sidang. Hampir bisa
dipastikan tiap usai maupun rehat sidang, dia berkunjung ke ruang
wartawan.
Akil memang dikenal akrab dengan wartawan yang biasa liputan di MK.
Tak susah baginya untuk menghafal nama para wartawan. “Wah, hari ini
sidang padat sekali. Kalian sih enak, dari pagi hanya mendengarkan saya
bicara, sudah dapat duit banyak. Saya dari jam delapan pagi
(bersidang),” Akil bercanda.
Para wartawan tampak antusias berbincang dengan Akil. Mereka berdiri
membentuk setengah lingkaran mengelilinginya. Malam itu sekitar sepuluh
wartawan mengerubungi Akil. Sisanya memilih duduk di meja komputer untuk
menyelesaikan berita.
Beberapa wartawan kemudian menanyakan tentang kesempatan kedua pasang
calon Gubernur Jawa Timur dalam sengketa pemilu kepala daerah yang
sedang diproses Mahkamah Konstitusi. Menurut Akil, kedua pasangan
sama-sama kuat. “Ya, kan tadi lihat sendiri beberapa saksi ahli dari
kedua kubu sama-sama mengutarakan pendapatnya.”
Sengketa pemilu
kepala daerah Jawa Timur ini, kata dia, harus didalami secara
menyeluruh. Kubu Khofifah menuduh Soekarwo menggunakan program bantuan
sosial sebagai upaya
money politic. Namun, kata Akil, hal itu
agak susah dibuktikan kebenarannya. Keputusan akhir, menurut dia, akan
menunggu hasil musyawarah dengan hakim konstitusi lain.
Perbincangan
pun berlanjut. Obrolan tetap tak jauh dari masalah sengketa pemilu di
beberapa daerah serta jalan sidang yang dipimpinnya. Akil sempat
bercerita tentang salah seorang saksi dalam persidangan yang sempat
dimarahinya karena membentak saat ditanya.
Saat itu, kata dia,
seorang saksi dengan nada tinggi memberikan kesaksian menggunakan kata
“zalim” dengan membentak. Pernyataan itu kata dia merupakan yang kedua
kalinya. “Jujur saya tadi sempat kaget, harusnya bilang saja, ‘Itu tak
benar, Yang Mulia’,” ujar Akil.
Di tengah perbincangan, Akil kembali
melontarkan candaannya saat melihat seorang wartawan sedang melaksanakan
salat Maghrib, tetapi seorang wartawan lain sedang tertidur pulas di
sebelahnya. “Lha, itu kenapa kok disalati?” kata Akil. Orang yang
disalati adalah orang yang sudah meninggal.
Seorang wartawan tiba-tiba menanyakan akun Twitter milik Akil. Lalu Akil mengeluh banyaknya
mention yang menjelek-jelekkan Mahkamah Konstitusi. “Sering ada yang
mention, katanya MK sarang korupsi gara-gara kasus mereka tak selesai,” ujar Akil. Namun, dia mengaku enggan membalas
mention yang bernada sinis.
Menurut dia, akun Twitter yang dimilikinya sebenarnya hanya digunakan sebagai
refreshing.
Akil mengatakan akunnya sempat akan ditutup, tetapi tak jadi karena dia
merasa bisa lebih tahu berita dan perkembangan kabar terkini dari
jejaring sosial tersebut. Hingga pukul 20.30, Akil masih berbincang
dengan wartawan sebelum pamit pulang.
Sekitar pukul 22.00, Akil
Mochtar ditangkap KPK di rumah dinasnya di Jalan Widya Chandra III Nomor
7, Jakarta Selatan, dengan barang bukti uang senilai miliaran rupiah.
FAIZ NASHRILLAH
Kabar Terkait :