Selasa, 24 September 2013

Kontroversial, Film 'Soekarno: Indonesia Merdeka' Tetap Tayang

SUMBER : life.viva.co.id

Lutfi Dwi Puji Astuti, Rizky Sekar Afrisia
 
VIVAlife- Kisruh mewarnai produksi film yang mengangkat tokoh legendaris Indonesia, Soekarno. Film Soekarno: Indonesia Merdeka besutan sutradara Hanung Bramantyo itu disomasi keluarga founding father, Rachmawati Soekarno Putri.
Karena beberapa poin, putri Bung Karno itu menarik diri dari perjanjian dengan Multivision Plus. Menurutnya, film Soekarno: Indonesia Merdeka melenceng dari fakta. Baik soal tokoh maupun alur cerita. Padahal selama produksi, skenario sudah tiga kali direvisi.
Dengan mundurnya Rachmawati dari perjanjian, ia menganggap produksi film tak dapat diteruskan. Alih-alih berhenti, Hanung sebagai tim kreatif tetap pada tujuan semula, menghadirkan semangat Bung Karno pada kondisi kekinian bangsa.
Produksi terus berjalan. Meski sempat molor panjang, akhirnya syuting terakhir dilakukan di Kebun Raya Bogor, 26 Juli 2013. Kini, film itu sudah memasuki pascaproduksi. Rencananya akan tayang Desember tahun ini. Tak hanya di Indonesia, tetapi juga enam negara di Asia.
Membawa nama Soekarno, Hanung mendapat privilege scoring film di Moskow dan editing serta mixing di Bangkok. Setenar itu lah Sang Proklamator, yang sosoknya hendak dihadirkan kembali untuk diperankan Ario Bayu.
Tetap dilanjutkannya film membuat Rachmawati makin ‘murka’. Ia lantas melayangkan somasi pada Raam Pundjabi, sang produser film. Sebagai pihak kedua dalam perjanjian, ia menganggap jika dirinya mengundurkan diri maka perjanjian itu batal begitu saja.
Soal itu, akun Twitter resmi @DapurFilm mengonfirmasi. Mereka menegaskan, pemegang hak cipta atas film Soekarno: Indonesia Merdeka tetaplah Multivision Plus. Peran Rachmawati hanya sebagai narasumber. “Jika Pihak II sbg narasumber mundur dari kerjasama, maka tdk punya hak apapun melarang Pihak I lanjutkan produksi,” tulis akun itu.
Jangankan meminta produksi dihentikan. Menentukan skenario dan pemeran saja Rachmawati sebenarnya tidak berhak. Ia hanya berwenang memberi masukan. Lagipula, masih berdasarkan akun Twitter @DapurFilm, film itu bukan ansih ide Rachmawati.
Bahkan, menurut Raam selaku produser, Bung Karno tak bisa dibilang sebagai ide. Itu adalah sejarah yang tak ternilai dan tak dapat diakuisisi siapapun. “Ketika Bung Karno mau difilmkan oleh perusahaan yang berpengalaman dan bekerja sama dengan Bu Rachma, itu bagus untuk kita berdua,” ujar Raam.
Artinya, sisi manapun tentang Bung Karno boleh difilmkan siapapun. Hollywood sekalipun, berhak mencipta film tentangnya. Di Indonesia, tahun ini saja film tentang Soekarno tak hanya dibesut Hanung. Masih ada garapan sutradara Viva Westi yang mengangkat kehidupan Bung Karno di Ende.
Rachmawati pun dikabarkan akan membuat film sendiri soal ayahandanya. Akun @DapurFilm menyebutkan, saat mengajukan pengunduran diri, Rachmawati mengaku akan membuat film berjudul Hari-hari Terakhir Bung Karno.
Karena itu, baik Multivision Plus maupun Hanung menegaskan film Soekarno: Indonesia Merdeka tetap akan tayang Desember mendatang. Aksi Rachmawati mengembalikan uang ratusan juta, atau melaporkan Hanung ke pihak berwajib atas pencemaran nama baik, sama sekali tak memengaruhi.
Bukankah sangat disayangkan, ‘kembalinya’ Soekarno ke hadapan bangsa Indonesia disertai konflik-konflik internal semacam itu?(np)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon untuk komentar menggunakan kata yang sopan, tidak mendiskreditkan seseorang atau mengandung unsur SARA.
Apabila Admin menganggap bahwa komentar dianggap tidak etis untuk ditampilkan maka akan dihapus.
Terima kasih