Lutfi Dwi Puji Astuti, Rizky Sekar Afrisia
Karena
beberapa poin, putri Bung Karno itu menarik diri dari perjanjian dengan
Multivision Plus. Menurutnya, film Soekarno: Indonesia Merdeka
melenceng dari fakta. Baik soal tokoh maupun alur cerita. Padahal selama
produksi, skenario sudah tiga kali direvisi.
Dengan
mundurnya Rachmawati dari perjanjian, ia menganggap produksi film tak
dapat diteruskan. Alih-alih berhenti, Hanung sebagai tim kreatif tetap
pada tujuan semula, menghadirkan semangat Bung Karno pada kondisi
kekinian bangsa.
Produksi
terus berjalan. Meski sempat molor panjang, akhirnya syuting terakhir
dilakukan di Kebun Raya Bogor, 26 Juli 2013. Kini, film itu sudah
memasuki pascaproduksi. Rencananya akan tayang Desember tahun ini. Tak
hanya di Indonesia, tetapi juga enam negara di Asia.
Membawa nama Soekarno, Hanung mendapat privilege scoring
film di Moskow dan editing serta mixing di Bangkok. Setenar itu lah
Sang Proklamator, yang sosoknya hendak dihadirkan kembali untuk
diperankan Ario Bayu.
Tetap
dilanjutkannya film membuat Rachmawati makin ‘murka’. Ia lantas
melayangkan somasi pada Raam Pundjabi, sang produser film. Sebagai pihak
kedua dalam perjanjian, ia menganggap jika dirinya mengundurkan diri
maka perjanjian itu batal begitu saja.
Soal itu, akun Twitter resmi @DapurFilm mengonfirmasi. Mereka menegaskan, pemegang hak cipta atas film Soekarno: Indonesia Merdeka
tetaplah Multivision Plus. Peran Rachmawati hanya sebagai narasumber.
“Jika Pihak II sbg narasumber mundur dari kerjasama, maka tdk punya hak
apapun melarang Pihak I lanjutkan produksi,” tulis akun itu.
Jangankan
meminta produksi dihentikan. Menentukan skenario dan pemeran saja
Rachmawati sebenarnya tidak berhak. Ia hanya berwenang memberi masukan.
Lagipula, masih berdasarkan akun Twitter @DapurFilm, film itu bukan
ansih ide Rachmawati.
Bahkan,
menurut Raam selaku produser, Bung Karno tak bisa dibilang sebagai ide.
Itu adalah sejarah yang tak ternilai dan tak dapat diakuisisi siapapun.
“Ketika Bung Karno mau difilmkan oleh perusahaan yang berpengalaman dan
bekerja sama dengan Bu Rachma, itu bagus untuk kita berdua,” ujar Raam.
Artinya,
sisi manapun tentang Bung Karno boleh difilmkan siapapun. Hollywood
sekalipun, berhak mencipta film tentangnya. Di Indonesia, tahun ini saja
film tentang Soekarno tak hanya dibesut Hanung. Masih ada garapan
sutradara Viva Westi yang mengangkat kehidupan Bung Karno di Ende.
Rachmawati
pun dikabarkan akan membuat film sendiri soal ayahandanya. Akun
@DapurFilm menyebutkan, saat mengajukan pengunduran diri, Rachmawati
mengaku akan membuat film berjudul Hari-hari Terakhir Bung Karno.
Karena
itu, baik Multivision Plus maupun Hanung menegaskan film Soekarno:
Indonesia Merdeka tetap akan tayang Desember mendatang. Aksi Rachmawati
mengembalikan uang ratusan juta, atau melaporkan Hanung ke pihak
berwajib atas pencemaran nama baik, sama sekali tak memengaruhi.
Bukankah
sangat disayangkan, ‘kembalinya’ Soekarno ke hadapan bangsa Indonesia
disertai konflik-konflik internal semacam itu?(np)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon untuk komentar menggunakan kata yang sopan, tidak mendiskreditkan seseorang atau mengandung unsur SARA.
Apabila Admin menganggap bahwa komentar dianggap tidak etis untuk ditampilkan maka akan dihapus.
Terima kasih